1. Pengalaman Vaginismus Saya



Tahun 2011 kami memutuskan untuk menikah, setelah 6 bulan masa pendekatan. untuk usia pasangan berusia 25 tahunan, pernikahan itu sesederhana: suami bekerja, istri dirumah memasak, kemudian memiliki anak serta mendidik dan membesarkan dengan kasih sayang. tak pernah terlintas sedikit pun tentang vaginismus.

dibulan November akhirnya pernikahan kami digelar, kemudian seperti pasangan-pasangan pengantin baru pada umumnya kami pergi berbulan madu, setelah percobaan pertama di rumah gagal, akhirnya kami mencoba lagi, dengan suasana yang lebih tenang, pikiran yang saya pikir sudah sangat relaks dan bahagia,

dan gagal lagi..

penetrasi penis tidak terjadi, padahal saat itu saya rasa saya sudah sangat bergairah, cairan vagina pun sudah cukup. tapi tetap saja penis seperti menabrak tembok, lubang vagina terasa sangat sempit. 3 malam di Bali ternyata tidak cukup membuat kami bisa melakukan penetrasi penis.

di hari terakhir kami berbulan madu, kami mencoba searching di internet, dari situlah saya berkenalan dengan istilah vaginismus, saat itu tidak banyak yang membahas tentang vaginismus, dan saat itu saya masih denial, "ah sepertinya saya bukan vaginismus deh, kan masih pengantin baru, coba lagi aja", padahal ciri-ciri seperti; vagina terasa sempit dan penis seperti menabrak tembok sudah saya rasakan.

di Tahun pertama pernikahan kami, setiap hari kami berusaha melakukannya, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan. saat itu saya sudah berfikir, "okeh sepertinya saya memang vaginismus, lalu bagaimana? apa yang harus saya lakukan". kembali saya search di internet, mengenai pengobatan vaginismus, banyak artikel yang menyebutkan tentang teknik dilatasi (dilatasi adalah sebuah kegiatan penetrasi buatan dengan menggunakan alat bantu jari/dilator, sumber: @vaginismusindonesia) hanya saja saat itu saya berfikir bagaimanalah saya memulai dilatasi sementara jari kelingking saya pun tidak bisa masuk (saat itu belum ada yang membahas mengenai dilatasi berbantu)


Tiba di Tahun kedua, kami belum juga menemukan jawaban mengenai solusi penyakit saya, akhirnya saya memutuskan pergi ke salah satu SpoG di klinik dekat rumah kami, saat itu dokternya tidak mengerti kondisi saya, beliau berfikir ini terjadi karna kondisi psikis saya, beliau juga menyarankan untuk lebih rileks. 

kembali dari dokter tersebut hubungan seksual kami pun tidak ada perkembangan, masih sama seperti sebelum-sebelumnya, penis tidak mampu menembus vagina.

Tahun selanjutnya kami mencoba hipnoterapi, dan hasilnya tetap negatif, belakang saya ketahui bahwasanya memang vaginismus itu masalahnya terletak di vagina, otot vagina kita tegang, jadi memang fisik kita dulu yang harus kita sembuhkan, baru apabila ada dampak psikologisnya peran therapis seperti hipnoterapis atau psikiatri akan sangat membantu.


"Vaginismus adalah kaku otot dinding vagina yang tidak dapat dikendalikan oleh penderitanya" (sumber: IG @vaginismusindonesia)

dan tahun-tahun setelahnya kami lalui apa adanya, tanpa ada perubahan yang berarti.

Kecewa, khawatir, sedih, sudah pasti kami rasakan. menerka, menebak, apa yang sedang terjadi, penyakit apa ini, apakah dapat disembuhkan, apakah penyakit ini akan selamanya berada di pernikahan kami.

Tahun 2016 diusia pernikahan kami yang ke lima, pekerjaan suami mengharuskan kami hijrah dari Jakarta ke Pulau Sumatera, saat itu saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan. Hikmahnya saya jadi lebih fokus untuk mencari pengobatan.

Saya kembali mencari-cari informasi melalui internet perihal pengobatan vaginismus, tapi belum mendapatkan jawaban selain saran dilatasi, saya sudah mencoba dilatasi hanya saja memang jari tidak bisa masuk, ujung jari telunjuk saya paksa masuk tetapi tidak bisa, saya gunakan kelingking tetap tidak bisa.

Saya butuh jawaban, bagaimanakah caranya saya bisa memulai dilatasi, sedang jari saja tidak bisa masuk.


Saya paham bahwa inti penyembuhan vaginismus adalah dilatasi, tapi bagaimanakah saya memulainya? Apakah ada cara lain?

Bulan ke bulan diperantauan, belum ada titik terang untuk penyembuhan vaginismus saya, hingga saat di pertengahan tahun 2017, saya menemukan Instagram @vaginismusindonesia lewat hashtag #vaginismusindonesia, tanpa pikir panjang langsung saya kirim direct message ke akun tersebut, ternyata akun tersebut dipegang sendiri oleh dokter Robbi Wicaksono.

Sebagai informasi dr Robbi Wicaksono, SpOG, membuka praktek penyembuhan Vaginismusnya di RS Limijati Bandung, saat itu beliau dengan sabarnya menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang Saya ajukan. untuk pertama kalinya saya merasa ada titik terang atas solusi yang Saya cari selama ini.


Baik, kita samakan persepsi terlebih dahulu, bahwa inti penyembuhan dari Vaginismus adalah Dilatasi, lalu apa itu dilatasi? dilatasi adalah sebuah kegiatan penetrasi buatan dengan menggunakan alat bantu jari atau dilator (Sumber IG @vaginismusindonesia), kesembuhan vaginismus hanya bisa dicapai dengan melakukan dilatasi terus menerus. sampai sini saya paham dan percaya bahwa saya harus dilatasi dan memulainya secepatnya.

lalu bagaimana saya memulainya? nah solusi inilah yang ditawarkan oleh dr Robbi, yaitu prosedur dilatasi berbantu, berbantu? iya berbantu, saya akan dibantu melakukan dilatasi dengan adanya beberapa prosedur medis yang akan dilakukan oleh dr Robbi, saya tidak dapat menjelaskan secara medis bagaimana cara dan tata laksana prosedur berbantu itu secara medis karna memang bukan ranah saya sebagai pasien. jadi yang dapat saya share adalah bagaimana pengalaman prosedur dilatasi berbantu tersebut dalam kacamata pasien.

saat itu saya melewati serangkain pemeriksaan terlebih dahulu, dimulai dari pemeriksaan derajat keparahan vaginismus, saat itu saya ada di level 4 dari 5 keparahan, dimana ketika dr Robbi melakukan pemeriksaan jari kelingking pun tidak dapat masuk, ini menjadi salah satu parameter kenapa saya harus melakukan prosedur dilatasi berbantu.

Kemudian saya setuju untuk dilakukan prosedur dilatasi berbantu, inti dari prosedur dilatasi berbantu ini adalah menghilangkan kaku otot vagina dengan pembiusan, sehingga alat bantu dilator dapat dimasukan kedalam vagina untuk pertama kali, sehingga untuk setelahnya Saya dapat melakukan dilatasi menggunakan dilator tanpa sakit dan tanpa takut.

dan benar saja, ketika saya terbangun saya sudah mendapati sebuah dilator berwarna ungu ada di dalam Vagina saya, sungguh saya sangat terharu ternyata saya bisa melakukan dilatasi, yang sebelumnya terasa mustahil.

seperti yang dr Robbi bilang: bahwa inti dari penyembuhan adalah dilatasi, maka sejak prosedur berbantu tersebut saya sudah mulai melakukan dilatasi melakukan dilator (detail latihan dilatasi saya tulis di postingan setelah ini)

10 hari tanpa henti saya latihan dilatasi dirumah, dan di hari ke 11 saya berniat mencoba melakukan penetrasi, sebelum berhubungan dengan suami saya coba berdilatasi terlebih dahulu agar siap, dan tak dikira ternyata kami dapat melakukan penetrasi penis tanpa hambatan, sungguh mimpi yang jadi nyata, Saya dan suami sangat terharu dan bahagia, malam itu juga saya mengabarkan kepada dr Robbi bahwa kami sudah bisa melakukan penetrasi penis. dr Robbi pun memberikan selamat, Alhamdulillah saya sudah sembuh, dan memulai bulan madu yang sebenarnya, yang sudah hampr 7 tahun kami impikan.


Alhamdulilah, Masya Allah Tabarakallah.

Bagi pejuang vaginismus, jangan menyerah, karna dokter Robbi selalu bilang, tidak ada pil ajaib untuk sembuh, kita memang harus berjuang, dan percayalah Vaginismus bisa sembuh!!

Terima kasih dr Robbi
Terima kasih rekan-rekan Magnificent Journey






Komentar

Postingan populer dari blog ini

3. Pengalaman dilatasi mandiri di rumah pasca prosedur dilatasi berbantu

4.Pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya (FAQ)

2. Pengalaman Prosedur dilatasi berbantu