2. Pengalaman Prosedur dilatasi berbantu

Setelah berkonsultasi dengan dr Robbi melalui whatsapp, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Bandung untuk melakukan prosedur dilatasi berbantu , keputusan untuk ikut prosedur dilatasi berbantu adalah: ya karna memang Saya tidak bisa memulai dilatasi mandiri, selain itu pula usia Saya yang sudah kepala 3 dan usia pernikahan yang hampir 7 tahun membuat saya tidak ingin membuang waktu lagi.

berikut ini adalah detail pengalaman prosedur dilatasi berbantu saya selama 3 hari di RS Limijati Bandung:


Hari ke 1

Hari pertama datang, saya langsung konsultasi dengan dr robbi, untuk dicek derajat keparahan vaginismus. Waktu itu saya derajat 4 dari 5 derajat keparahan.

Jam 6 sore saya sudah bisa check in, kemudian malamnya saya diharuskan berpuasa dan beristirahat

Hari ke 2

Sehabis solat subuh kemudian saya mandi, lalu saya  dijemput suster dibawa ke ruang transit sebelum operasi untuk dipakaikan baju operasi dan penutup kepala.

lalu tidak beberapa lama dokter anestesi datang untuk menyuntikan sesuatu ke alat infus (saya tidak tau ini bagian dari anastesi atau bukan, atau hanya cairan pendukung.  entah karena letih atau bukan saya langsung tertidur padahal belum dibawa ke ruangan tindakan)

Nah, karena saya udah tertidur, saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, pada prosedur ini suami ikut masuk keruangan tindakan. dari cerita suami, saya sempat bergerak waktu diruang tindakan, sehingga harus diberi anastesi lagi, baru setelah itu dokter melakukan tindakan prosedurnya, dan memasukan dilator ke dalam vagina kita, menurut cerita suami, yang memasukan dilator kedalam vagina kita ada suami.


Pukul 9;00, saya terbangun, saya bilang ke suami "kok blm masuk ruang operasi juga udah jam segini?", Jujur saya tidak tau kalau ternyata prosedur sudah selesai, pas saya sadar ternyata sudah ada dilator di dalam vagina saya.

Setelah itu saya diantar balik ke kamar, karna saya ingin buang air kecil, saya lepas dilatornya dan jangan kaget kalau ada darah, karna itu bekas prosedur penyuntikan bukan yg lain lain ya.

lalu setelah itu saya masukan kembali si dilator kedalam vagina, dan saat itu saya senang sekali karena dilator dapat masuk tanpa rasa sakit, ini artinya apa? artinya saya sudah siap memulai latihan dilatasi.

Seharian saya latihan dilatasi mengikuti modul yang diberikan, seperti memasukan dilator dari yang terkecil, dilator diputar, dikeluarkan, dimasukan.

hingga memasukan dilator yang terbesar, saat itu dilator yang saya punya paling besar berwarna pink, tapi atas saran dokter saya cukup memakai dilator sampai dengan warna ungu.

lalu malamnya saya juga harus tidur dengan si dilator ungu/biru didalam vagina


Hari 3.

Setelah mengurus administrasi dan check out, Saya konsultasi kembali ke ruangan dr robbi ditemani suami. Saat itu dokter Robbi menawarkan apakah saya ingin mencoba untuk mencoba USG transvaginal, dokter Robbi sih tidak memaksa, karena biasanya bagi pasien vaginismus yang sudah melaksanakan prosedur dilatasi berbantu, baru akan kembali Konsul ke dokter Robbi setelah sebulan kemudian untuk mencoba dilakukan pemeriksaan Melalui USG transvaginal, sementara karena tempat saya jauh dari Bandung, dokter Robbi menawarkan apakah mau dicoba di hari ini, mumpung saya disini.

Akhirnya saya pun setuju, untuk mencoba dilakukan pemeriksaan melalui USG transvaginal dan spekulum (cocor bebek)

Sedikit mengulang, pada hari pertama saya datang untuk konsultasi dengan dokter Robbi, saat itu tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui jari dokter, jari kelingking dokter saja tidak bisa masuk.

Tetapi pada hari ini, hari ke 3 saya dibandung yaitu satu hari setelah dilakukannya prosedur dilatasi berbantu, Alhamdulillah Saya bisa melaksanakan pemeriksaan melalui jari, melalui USG transvaginal dan melalui spekulum dengan lancar. Walaupun pada awalnya saya sangat khawatir, tetap dokter Robbi bisa meyakinkan saya



Untuk teman-teman seperjuangan yang akan melaksanakan prosedur dilatasi berbantu, saya paham sekali deg-degan-nya  seperti apa. Tetapi kalau sudah menjalaninya baru tau bahwa kekhawatiran itu tidak berarti, kita cuma harus jalanin prosesnya saja.


Saat ingin menjalani prosedur saya tidak ada persiapan apa-apa, paling hanya:
-dur cukup..
-Makan, makanan bergizi biar fit pas prosedur.
-perhatikan kapan tanggal kita haid, lalu bisa didiskusikan jadwal prosedur nya dengan dokter.
- bawa pakaian yg nyaman, waktu itu aku nyaman pake daster, enak kalau latihan dilatasi tinggal angkat daster.


Selain itu hanya pasrah pada Allah yang penting Saya terus berusaha dan berdoa.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

3. Pengalaman dilatasi mandiri di rumah pasca prosedur dilatasi berbantu

4.Pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya (FAQ)